Langsung ke konten utama

Biodataku

Perkenalkan, nama saya Shofie Nilaufar Nabilla sekarang saya tinggal di daerah Yogyakarta. Sebelumnya saya tinggal dan bersekolah di daerah ibu kota Jakarta, tepatnya di Jakarta Timur. Sedari SD hingga SMA saya menuntut ilmu di Jakarta dengan suasana khasnya. Memang sudah terkenal dimana-mana bahwa Jakarta itu terkenal dengan kemacatannya, dan saya membenarkan hal tersebut.
 
Terkadang agak bosan dengan rutinitas di kota Jakarta, maka saya memutuskan untuk mencari sekolah lanjutan di luar kota Jakarta, supaya pandangan saya lebih luas dan lebih banyak pengalaman. Dan dengan berbagai pertimbangan saya memutuskan memilih kota Yoggyakarta. Di Yogyakarta sendiri berbeda sekali dengan kota Jakarta yang menurut saya agak keras dan sikap yang lebih individualis, di Yogyakarta masih lekat sekali dengan kebudayaannya dan keramah tamahan para penduduknya.


Kota Yogyakarta memang selalu memiliki cerita tersendiri bagi saya, selama hampir 2 tahun saya tinggal di Yogyakarta saya lebih merasa nyaman disini. Mungkin karena di Yogya sendiri banyak keluarga dan didukung dengan wisata kotanya yang bagus.

Saya berkuliah di Yogyakarta dan mencoba membuka mata seperti apa dunia ini. Bukan hanya pelajaran teoritis formal yang saya dapatkan, namunn sepanjang saya disini saya banyak mendapat pelajaran kehidupan pula. Tak banyak yang bisa ku pelajari di bangku perkuliahan, dan justru aku mendapatkan banyak pelajaran dari setiap perjalanan diluar bangku perkuliahan. ya begitulah para pengemis ilmu, harus terus melangkahkan kaki demi mencari sebuah arti yang hakiki.
 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kenakalan Remaja dan Solusinya

Kenakalan remaja di era modern ini sudah melebihi batas yang sewajarnya. Banyak anak dibawah umur yang sudah mengenal Rokok , Narkoba , Freesex, dan terlibat banyak tindakan kriminal lainnya.Fakta ini sudah tidak dapat diungkuri lagi, anda dapat melihat brutalnya remaja jaman sekarang.Dan saya pun pernah melihat dengan mata kepala saya sendiri ketika sebuah anak kelas satu SMA di kompelks saya, ditangkap/diciduk POLISI akibat menjadi seorang bandar gele, atau yang lebih kita kenal dengan ganja. Hal ini semua bisa terjadi karena adanya faktor-faktor kenakalan remaja berikut: – kurangnya kasih sayang orang tua. – kurangnya pengawasan dari orang tua. – pergaulan dengan teman yang tidak sebaya. – peran dari perkembangan iptek yang berdampak negatif. – tidak adanya bimbingan kepribadian dari sekolah. – dasar-dasar agama yang kurang – tidak adanya media penyalur bakat dan hobinya – kebasan yang berlebihan – masalah yang dipendam Dan saya dapat memberikan beberapa tips untu...

BAHTERA RUMAH TANGGA

Jika kita tidak memiliki ilmu dalam membangun rumah tangga maka pondasi rumah tangga akan rapuh dan mudah ambruk. Misalkan suami yang tidak mengerti kewajibannya terhadap istri dan sebaliknya, hal hal seperti ini yang sering sekali menghancurkan pondasi rumah tangga. Seorang yang siap menikah harus belajar bagaimana menjadi suami, apa kewajiban yang harus dipenuhi dan apa saja hak-haknya. Begitupun dengan istri. Jangan sampai ketika menjadi seorang istri tidak mengerti bagaimana kewajibannya kepada suami. Ketika suami pulang bekerja bukannya menyiapkan teh dan air hangat untuk suami justru mengeluhkan masalah-masalah yang tidak penting. Seharusnya seorang istri mengerti kondisi suami, kala suami pulang bekerja setelah seharian penuh bekerja keras banting tulang dan bermandikan keringat serta dilingkupi rasa letih, maka peran istri yakni melayani suami dan membuat suami nyaman. Sambutlah suami dengan wajah yang menyenangkan kemudian buatkanlah teh, siapkan air pan...

Karya Inovatif Remaja

Meningkatnya minat peneliti remaja, hasil riset, dan inovasi mereka menginsinuasi Indonesia masih punya masa depan. Selain faktor jumlah, kreativitas dan inovasi mereka orisinal, unik, menarik, dan aplikatif. Itu kita catat dari penyelenggaraan Kompetisi Ilmiah LIPI 2013. Karya penelitian yang diikutkan dalam kompetisi itu 2.600, naik 10 persen dibandingkan dengan tahun lalu. Kita pantas bangga. Mereka menteles di antara lumpur kegaduhan perpolitikan, karut-marut korupsi, bahkan wacana yang langsung terkait urusan mereka, seperti Kurikulum 2013 dan ujian nasional. Mereka mungkin tidak dimotivasi praksis pendidikan sehari-hari dan jauh dari proses kependidikan sebagai proses pembudayaan. Mungkin mereka termasuk kelompok 10 besar di kelasnya. Bisa juga tidak, malah rata-rata di kelas. Masuk akal. Hasil belajar tidak otomatis sejalan dengan minat meneliti. Apalagi praksis pendidikan tidak selalu memotivasi siswa ingin tahu lebih. Artinya, peningkatan minat peneliti remaja ini...