Islam adalah agama dakwah. Salah satu inti dari ajaran Islam
memang perintah kepada umatnya untuk berdakwah, yakni mengajak manusia kepada
jalan Allah (tauhid) denganhikmah (hujjah
atau argumen). Kepedulian terhadap dakwah jugalah yang menjaditrademark seorang mukmin. Artinya, orang mukmin
yang cuek terhadap dakwah berarti bukan mukmin sejati. Apa iya kita tega jika
ada teman kita yang berbuat maksiat tapi kita diamkan saja?
Bahkan
Allah Ta’ala memuji aktivitas mulia ini dalam firmanNya: “Siapakah yang lebih baik
perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang
saleh dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang muslim” (QS Fushshilat [41]: 33)
Dalam
ayat lain Allah memerintahkan kepada kita, kaum muslimin, untuk berdakwah.
Seperti dalam firmanNya: “Serulah
(manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik.” (QS
an-Nahl [16]: 125)

Menyeru
kepada yang ma’ruf dan mencegah dari perbuatan munkar merupakan identitas
seorang muslim. Itu sebabnya, Islam begitu dinamis. Buktinya, mampu mencapai
hingga sepertiga planet bumi ini. Itu artinya, hampir seluruh penghuni daratan
di dunia ini pernah hidup bersama Islam. Betul, ketika kita belajar ilmu bumi,
disebutkan bahwa dunia ini terdiri dari sepertiga daratan dan dua pertiga
lautan. Subhanallah, inilah prestasi hebat para pendahulu kita. Itu karena
mereka memiliki semangat yang tinggi untuk menegakkan kalimat “tauhid” di
bumi ini dan punya kepedulian untuk menyebarkan dakwah dan jihad. Sesuai dengan
seruan Allah: “Dan
perangilah mereka itu, hingga tidak ada fitnah lagi dan (hingga) ketaatan itu
hanya semata-mata untuk Allah.” (al-Baqarah
[2]: 193)
Kini,
di jaman yang sudah jauh berubah ketimbang ribuan tahun lalu saat Islam mulai
menyebar, ketika saat ini arus informasi makin sulit dikontrol. Internet,
misalnya, telah mampu memberikan nuansa budaya baru. Kecepatan informasi yang
disampaikannya ibarat pisau bermata dua. Bisa menguntungkan sekaligus
merugikan. Celakanya, ternyata banyak di antara kita yang harus mengurut dada
lama-lama, bahwa kenyataan yang harus kita hadapi dan rasakan adalah lunturnya
nilai-nilai ajaran Islam di banyak pribadi muslim. Tentu ini akibat informasi
rusak yang telah meracuni pikiran dan perasaan kita. Kita bisa saksikan dengan
mata kepala sendiri, bahwa banyak teman remaja yang tergoda dengan beragam
rayuan maut peradaban rusak itu; seks bebas, narkoba, dan beragam kriminalitas.
Mengerikan.
Saudaraku,
Islam membutuhkan tenaga, harta, dan bahkan nyawa kita untuk menegakkan agama
Allah ini. Dengan aktivitas dakwah yang kita lakukan, maka kerusakan yang
tengah berlangsung ini masih mungkin untuk dihentikan, bahkan kita mampu untuk
membangun kembali dan mengokohkannya. Tentu, semua ini bergantung kepada
partisipasi kita dalam dakwah ini.
Coba,
apa kita tidak merasa risih dengan maraknya pergaulan bebas di kalangan remaja
(dan juga orang tua)? Apa kita tidak merasa was-was dengan tingkat kriminalitas
pelajar (dan tentunya juga orang dewasa) yang makin meroket saja? Apa kita
tidak merasa kesal melihat tingkah remaja yang hidupnya tak dilandasi dengan
ajaran Islam?
Seharusnya
masalah-masalah seperti inilah yang menjadi persoalan kita siang dan malam.
Beban yang seharusnya bisa mengambil jatah porsi makan kita, beban yang
seharusnya menggerogoti waktu istirahat kita, dan beban yang senantiasa membuat
pikiran dan perasaan kita tidak tenang jika belum berbuat untuk menyadarkan
sesama dengan dakwah ini.
Itu
sebabnya, kita sebisa mungkin melakukan aktivitas mulia ini, sebagai bukti
kasih sayang kita kepada saudara yang lain. Rasulullah saw. bersabda: “Perumpamaan keadaan suatu kaum
atau masyarakat yang menjaga batasan hukum-hukum Allah (mencegah kemunkaran)
adalah ibarat satu rombongan yang naik sebuah kapal. Lalu mereka membagi tempat
duduknya masing-masing, ada yang di bagian atas dan sebagian di bagian bawah.
Dan bila ada orang yang di bagian bawah akan mengambil air, maka ia harus
melewati orang yang duduk di bagian atasnya. Sehingga orang yang di bawah tadi
berkata: “Seandainya aku melubangi tempat duduk milikku sendiri (untuk
mendapatkan air), tentu aku tidak mengganggu orang lain di atas.” Bila mereka
(para penumpang lain) membiarkannya, tentu mereka semua akan binasa.” (HR Bukhari)
Untuk
ke arah sana, tentu membutuhkan kerjasama yang solid di antara kita. Sebab,
kita menyadari bahwa kita bukanlah Superman atau Rambo yang bisa melakukan aksi
menumpas kejahatan hanya dengan seorang diri. Jika kita ingin cepat membereskan
berbagai persoalan tentu butuh kerjasama yang apik, solid dan fokus pada
masalah. Pemikiran dan perasaan di antara kita harus disatukan dengan ikatan
akidah Islam yang lurus dan benar. Kita harus satu persepsi, bahwa Islam harus
tegak di muka bumi ini. Kita harus memiliki cita-cita, bahwa Islam harus
menjadi nomor satu di dunia untuk mengalahkan segala bentuk kekufuran. Itulah
di antaranya alasan kenapa kita wajib berdakwah, menaruh peduli, dan tentunya
menyiapkannya dengan benar dan baik.
sumber : https://osolihin.wordpress.com/2013/06/16/mari-peduli-dengan-dakwah/
Komentar
Posting Komentar